>> Beliau sering dikritik tentang Jihad. Tapi tak ada salahnya kita lebih BIJAK memahami pendapatnya.
>> Smula saya ikut mengkritik juga, tapi kemudian merasa LEBIH BAIK bersikap BIJAK. Tentu posisi saya sekedar pengamat, bukan ulama.
>> Dua pendapat Imam Al Albani yang sering dikritik: a. Jihad harus ada imam terlebih dulu; b. Para pejuang Palestina hendaknya hijrah dulu keluar dari Palestina, lalu susun kekuatan untuk melawan Zionis Israel.
[1]. Dari dua pendapat di atas sebenarnya ada BUKTI bahwa beliau setuju dg Jihad tanpa imam. Buktinya beliau dukung perlawanan kontra Zionis, tanpa mensyaratkan ada imam dulu.
[2]. Kalau mau jujur, bicara dalam level Syariat Islam, namanya JIHAD FI SABILILLAH, memang harus ada imam. Jihad Nabi Saw, Khulafaur Rasyidin Ra, imam-imam kaum Muslimin, MAYORITAS bersama imam. Mungkin Imam Albani berpijak di sini.
[3]. Tapi BUKAN BERARTI Jihad membela diri, meski tanpa imam, dianggap tidak boleh. Tentu bukan begitu. Sebab riwayat-riwayat banyak berbicara, keutamaan membela harta, jiwa, agama, kehormatan. Pastilah Imam Albani tahu riwayat-riwayat itu.
[4]. Terkait Jihad di Palestina, hal ini membuktikan bahwa beliau dukung Jihad membela diri. Dalam satu fatwa tentang bom ISYTIHAD, beliau juga dukung, dengan syarat atas perintah imam/komando Jihad. Bagaimana tidak mendukung, beliau dan keluarga keluar dari Albania karena agresi kaum komunis -laknatullah ‘alaihim-.
[5]. Saat beliau fatwakan Muslim Palestina hijrah, tentu bukan agar mengosongkan negeri agar Zionis leluasa menguasainya. Tapi mengeluarkan sebagian pejuang agar bisa MEMPERKUAT DIRI di wilayah aman. Setelah kuat, balik lagi ke Palestina untuk melawan Zionis. FAKTANYA, dengan atau tanpa fatwa itu, para pejuang Palestina membangun kekuatan di luar wilayah Palestina Israel. Itu sudah dilakukan dan banyak.
>> BILA ada kekurangan-kekurangan pada fatwa JIHAD Syaikh Al Albani, mungkin karena beliau “kurang mahir” dengan dunia Jihad di lapangan. Tak ada salahnya memaklumi.
>> UNTUK ulama sekaliber beliau, kalau kita tidak mau memberi ‘udzur, lalu siapa lagi yang akan selamat? Wallahi, kita perlu bersikap bijak kepada pelayan-pelayan Sunnah Nabawiyah.
Wallahu a’lam bisshawab.
(WaterFlow).
