* Ayahku hanya PNS biasa. Malah golongan grassroot. Tapi beliau punya latar belakang seniman juga.
* Kalau kakek, ayah ayahku, orang pesantrenan. Dari kecil masuk pesantren sampai dewasa. Kerjanya hebat: cari rumput, lalu dijual untuk para peternak. Tukang ngarit, istilah Jawanya. Kerja dari tangan sendiri.
* Sense of humor menurun dari ayah. Kalau ibuku, serius, kritis, sering mengkritik ketidak-adilan. Sejak kecil, beliau “mentor politik” saya.
* Salah satu humor khas yang pernah ayah tinggalkan. Dia pernah bilang: “Kamu itu jangan terlalu MERESAPI!”
* Ketika kata-kata itu diucapkan sambil tersenyum, aku tahu pasti maksudnya bercanda.
* “Iya, kamu jangan MERES SAPI. Nanti kasihan sapinya.”
* Jujur, saya masih suka geli kalau ingat candaan-candaan beliau.
* Semoga Allah merahmati, memaafkan, dan memuliakan beliau; dan kita semua di sini. Amin ya Mujibas sa’ilin.
==> Bulan April 2004 ayahku wafat. Beberapa hari lalu, 22 Juni 2015, Ibuku wafat. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun. Allahummaghfir lahuma warhamhuma wa ‘afihima wa’fu ‘anhuma. Amin.
(Abah Syakir).
