>> Scara teori, mahasiswa di manapun, tidak ada yg mampu meruntuhkan kekuasaan suatu pemerintah.
>> Gerakan Mei 1998 bukanlah melulu mahasiswa. Mereka hanya jadi “kuda troya” belaka. Ditunggangi kekuatan besar di baliknya.
>> Bahkan opini besar tentang “gerakan mahasiswa 1998″ adalah strategi media untuk menyembunyikan pelaku sebenarnya.
>> Untuk menjatuhkan sebuah kekuasaan, butuh kekuatan besar dan proses rumit. Sebagai perbandingan, menjatuhkan Bashar Assad pun tidak mudah.
>> Untuk mengubah sebuah kekuasaan, dibutuhkan hal-hal berikut:
[1]. Opini kuat dan massif bahwa si penguasa sudah tidak pantas lagi. Itu butuh penguasaan MEDIA.
[2]. Butuh kader-kader penggerak, militan, terlatih, pengalaman sosial kuat. Jumlahnya juga harus banyak. Bisa ribuan orang. Mereka ini pelaksana kerja lapangan.
[3]. Butuh dana besar. Tidak mungkin gerakan ini tanpa dana. Itu nonsens. Dana bisa triliunan rupiah. Dan tidak mungkin dari sumber kencleng.
[4]. Butuh dukungan dunia internasional. Terutama dari negara-negara pendukung pemerintah itu.
[5]. Butuh strategi mematahkan intelijen. Karena lembaga intelijen pasti bertugas menjaga kekuasaan.
[6]. Butuh strategi meredam militer & kepolisian. Karena para pemimpin mereka pasti pro penguasa.
[7]. Butuh pemikiran hebat untuk menghadapi kontra opini oleh para politisi (partai politik) dan pengamat.
[8]. Butuh pengalihan perhatian massa, agar tidak mengganggu rencana.
[9]. Butuh pemimpin kharismatik sebagai simbol perlawanan.
[10]. Butuh momentum yg tepat & mendukung.
>> Semua hal di atas tak mungkin dijalankan oleh para mahasiswa. Di negeri manapun, tidak ada revolusi oleh mahasiswa.
>> Bahwa mahasiswa idealis patriotik, mungkin ya. Tapi perubahan politik tak semudah impian dan lamunan.
>> Jangan terlalu membebani mahasiswa. Tapi bebanilah pastisipasi kita dalam kehidupan nyata. Itu lebih fair.
(El-Shami).
